Gedung Sebagai Sahabat
Laporan World Research Institute menyebutkan, selama 50 tahun terakhir, penggunaan energi dan bahan bangunan di seluruh dunia meningkat 300%. Sepanjang peningkatan ekonomi terus berkembang, penggunaan energi dan bahan baku bangunan akan terus meningkat.AWALNYA, bangunan rumah hanya terbuat dari tanah, dedaunan, atau kayu yang disusun seadanya dengan fungsi sangat minim. Sekarang, jika berbicara ihwal rumah, imajinasi kita akan selalu menggambarkan dinding bata, atap genting, dan lantai keramik. Seperti halnya kita berbicara mengenai bangunan gedung, yang ada di pikiran pasti bangunan bertingkat tinggi menjulang, dibuat dari beton atau baja dan dikelilingi kaca. Apabila kita bisa berimajinasi lebih detail lagi, yang ada adalah pendingin ruangan, listrik yang besar, air bersih, saluran pembuangan, dan sarana lain yang mendukung gedung menjadi "sangat layak" untuk kenyamanan manusia.Laporan World Research Institute menyebutkan, selama 50 tahun terakhir, penggunaan energi dan bahan bangunan di seluruh dunia meningkat 300%. Sepanjang peningkatan ekonomi terus berkembang, penggunaan energi dan bahan baku bangunan akan terus meningkat.
Sebuah gedung ibarat benalu yang menggerogoti nutrisi dari induk semangnya. Gedung menyedot air bersih atau air tanah sekitar. Bahkan di beberapa kota besar, pembuatan gedung-gedung baru (terutama apartemen dan hotel) sebagian selalu diikuti dengan pembuatan sumur air dalam (yang secara signifikan mengurangi kuantitas air dalam di kota tersebut), penggunaan listrik yang kurang terkontrol, limbah padat dan cair serta limbah manusia yang tidak diatasi dengan baik. Kesemuanya tidak didesain untuk kelangsungan hayati tanah dan keseimbangan lingkungan sekitar.Seperti diungkapkan Niklaus Kohler (profesor dari Institut for Industrial and Building Production, Jerman), sebuah gedung mengandung 60 bahan baku utama dan 2.000 produk lainnya. Semua bahan tadi memiliki usia berbeda-beda, baik produksi, perbaikan, maupun pembuangan yang unik. Selain meyedot banyak energi seperti listrik, proses produksi juga banyak menghasilkan limbah, baik cair, padat, atau pencemaran udara.
Bahan baku hasil proses produksi juga membawa unsur kimia lain sebagai campuran dan juga menghasilkan sisa buangan yang cukup berbahaya. Sebut saja PVC yang sering digunakan untuk pintu, jendela, lantai, pelindung dinding, lapisan luar interior, dan insulator. Sebagian dari PVC mengandung plasticzier dan kandungan metal beracun seperti kadmium dan timbal. Plasticzier terbukti mengganggu sistem kelenjar cairan endokrin. Sedangkan kadnium sebagai penyebab kanker dan timbal adalah neurotoxin (William McDonough, 2003).Bersahabat dengan LingkunganAPAKAH gedung dapat memenuhi kebutuhannya sendiri? Banyak penelitian di negara-negara Eropa mencoba mencari solusi agar gedung dan tempat tinggal (perumahan) bisa memenuhi kebutuhan cahaya, air bersih, dan udara bersih dari alam secara maksimal.
Meminimalkan kebutuhan akan energi dari minyak (dari fosil) yang tidak dapat diperbarui (non-renewable) dan meningkatkan penggunaan energi yang bisa diperbarui (renewable) menjadi perhatian serius di negara-negara maju. Menurut laporan CICA (Confederation of International Construction Association) dan UNEP (United Nations Environment Program), gedung menggunakan 30%-40% dari seluruh energi yang ada di tiap negara secara langsung dan mendekati angka 50% secara tidak langsung.Sebuah penelitian di Jerman membuktikan bahwa kualitas udara di dalam gedung di tengah kota Hamburg mendekati empat kali lebih buruk daripada berada di mobil kotor di tengah kemacetan. Kebanyakan masyarakat kita jarang menggunakan fresh air, lebih sering menggunakan AC, menutup pintu dan jendela rapat-rapat.
Di Jerman, alergi yang dialami 42% anak usia 6-7 tahun sebagian besar diakibatkan rendahnya kualitas udara dalam ruangan.Baru-baru ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Pemerintah Daerah Batam mengembangkan perumahan yang sumber listriknya berasal dari solar panel. Memang biaya investasi awalnya sedikit lebih mahal. Tapi, 10 tahun mendatang, penggunaan solar panel jauh lebih murah dibandingkan listrik biasa, ditambah lagi energi yang dipakai sangat ramah lingkungan.Ventilasi alami dan mekanik dikombinasikan dengan penggunaan AC yang lebih efektif bisa lebih menghemat energi dan menambah kualitas udara di dalam gedung jauh lebih baik.
Pemanfaatan air hujan secara maksimal juga akan mengurangi jumlah kebutuhan air bersih yang digunakan gedung-gedung tersebut. Di kota Semarang, penurunan tanah disebabkan banyaknya sumur air dalam yang dipakai melebihi kapasitas.Pemanfaatan air hujan ini bisa menjadi alternatif "sehat" bagi pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Penggunaan kembali air buangan/bilasan makin menghemat kebutuhan akan air bersih bagi kebutuhan mandi, mencuci, flushing toilet, dan sebagainya.
Pengomposan limbah manusia berguna bagi penyuburan tanah. Sedangkan panas matahari yang diolah solar panel menjadi energi pengganti listrik sangat berguna bagi seluruh kebutuhan listrik di gedung-gedung tersebut.Sudah saatnya pemerintah membuat undang-undang atau peraturan pemerintah yang mendukung digalakkannya pembuatan gedung ramah lingkungan. Sehingga, saat anak-cucu kita lahir, mereka tak lagi melihat gedung sebagai benalu yang hanya bisa menyedot sari-sari nutrisi dari bumi, tapi sebagai sahabat yang bisa menjaga keseimbangan alam.
* Lulusan S-2 London South Bank University, Inggris, dan HAN University the Netherlands
Dimuat di majalah mingguan Gatra edisi desember 2004. |
0 Comments:
Post a Comment
<< Home